Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang Januari hingga Mei 2023 saja, tercatat 16.774 unit mobil listrik terjual, mencakup jenis electric vehicle (EV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan hybrid electric vehicle (HEV). Angka ini mencerminkan 3,96 persen dari total penjualan mobil nasional sebesar 423.404 unit. Jika dibandingkan dengan total penjualan EV tahun 2022, yaitu 20.681 unit, pertumbuhannya terlihat signifikan.
Namun, dari total penjualan mobil listrik ini, merek Jepang mendominasi dengan penguasaan pasar sebesar 72,65 persen. Fokus utama merek Jepang terlihat pada segmen hybrid electric vehicle (HEV), dengan pangsa pasar mencapai 98,94 persen. Sementara itu, di segmen battery electric vehicle (BEV) dan PHEV, penguasaan pasar merek Jepang masih relatif rendah, hanya sebesar 4,35 persen.
Keunggulan Merek Jepang dalam Industri Otomotif
Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap mobil-mobil merek Jepang menjadi salah satu alasan utama dominasi ini. Selama bertahun-tahun, merek Jepang dikenal dengan kualitas, efisiensi bahan bakar, dan daya tahan kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Selain itu, produsen Jepang juga melakukan investasi besar-besaran untuk menyesuaikan model kendaraan dengan karakteristik pasar Indonesia, seperti jalanan yang beragam dan kebutuhan konsumen yang dinamis.
Jaringan layanan purna jual yang luas dan ketersediaan suku cadang yang mudah ditemukan turut memperkuat posisi merek Jepang di pasar Indonesia. Hal ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen, terutama dalam hal perawatan kendaraan. Dengan strategi ini, produsen Jepang berhasil mempertahankan dominasi mereka meskipun harus bersaing dengan merek-merek non-Jepang seperti Hyundai, Wuling, dan BYD yang semakin agresif di segmen kendaraan listrik.
Fokus pada Teknologi Hybrid
Produsen mobil Jepang percaya bahwa teknologi hybrid adalah solusi terbaik untuk masa transisi menuju kendaraan listrik penuh. Hybrid electric vehicle (HEV) dianggap lebih sesuai dengan kondisi pasar Indonesia saat ini, mengingat kendala harga kendaraan listrik murni (BEV) yang masih tinggi dan infrastruktur pengisian daya yang belum memadai.
Menurut Bebin Djuana, pengamat otomotif, masyarakat Indonesia cenderung memilih mobil hybrid karena lebih terjangkau dan dapat digunakan tanpa bergantung pada stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang masih terbatas jumlahnya. Penjualan mobil hybrid di Indonesia pun tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan BEV, menunjukkan bahwa teknologi ini lebih diterima oleh konsumen lokal.
Produsen Jepang terus berinvestasi dalam pengembangan dan penyempurnaan teknologi hybrid. Mereka percaya bahwa solusi ini tidak hanya memberikan efisiensi bahan bakar yang lebih baik tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon secara bertahap, sejalan dengan target pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Dengan strategi ini, merek Jepang berharap dapat mempertahankan dominasi mereka di pasar otomotif Indonesia.
Tantangan di Segmen BEV dan PHEV
Meskipun mendominasi segmen hybrid, produsen Jepang menghadapi tantangan besar di segmen battery electric vehicle (BEV) dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV). Di segmen ini, merek non-Jepang seperti Hyundai dan Wuling mulai menunjukkan taringnya dengan meluncurkan produk-produk BEV yang kompetitif dari segi harga dan fitur.
Kendala utama produsen Jepang di segmen BEV adalah kurangnya kesiapan dalam menghadirkan produk yang bersaing di pasar Indonesia. Bebin Djuana menyebutkan bahwa produsen Jepang tampak ragu untuk berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan BEV karena mereka masih memprioritaskan teknologi hybrid. Sementara itu, merek-merek dari Korea dan Tiongkok, seperti Hyundai dan BYD, telah meluncurkan berbagai model BEV yang lebih terjangkau dan dilengkapi dengan fitur-fitur inovatif.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia mulai melirik kendaraan listrik murni karena semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya lingkungan yang lebih bersih dan dukungan dari pemerintah dalam bentuk insentif pajak. Salah satu kebijakan yang mendukung adopsi kendaraan listrik adalah keringanan pajak untuk mobil listrik Jepang, yang dapat dilihat lebih lanjut di mobil listrik Jepang. Dukungan ini memberikan kesempatan kepada produsen untuk meningkatkan daya saing mereka di segmen BEV.
Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia
Menurut Kukuh Kumara, Sekretaris Umum GAIKINDO, peta persaingan mobil listrik di Indonesia ke depan akan sangat bergantung pada strategi masing-masing merek. Jika produsen Jepang tidak segera menghadirkan kendaraan listrik murni yang kompetitif, maka dominasi mereka bisa terancam oleh merek-merek lain yang lebih agresif dalam menggarap pasar EV.
Rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih rendah, yakni 99 per 1.000 penduduk, menunjukkan potensi pasar yang sangat besar. Hal ini menjadi peluang besar bagi semua produsen, termasuk merek Jepang, untuk memperluas pangsa pasar mereka. Namun, keberhasilan mereka akan sangat bergantung pada kemampuan untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Produsen Jepang perlu mulai memperhatikan tren global dan meningkatkan investasi mereka dalam pengembangan BEV. Dengan menghadirkan kendaraan listrik murni yang lebih terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, mereka dapat mempertahankan dominasi mereka di era mobil listrik. Di sisi lain, konsumen juga diharapkan semakin sadar akan pentingnya beralih ke kendaraan yang ramah lingkungan.
Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, era mobil listrik di Indonesia akan menjadi babak baru yang menarik untuk diikuti. Produsen Jepang, dengan segala keunggulan mereka, masih memiliki peluang besar untuk tetap menjadi pemain utama di pasar otomotif nasional. Namun, keberhasilan mereka dalam mempertahankan dominasi akan sangat bergantung pada kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar.