Mobil listrik di Indonesia telah menjadi topik yang semakin hangat, dengan banyak orang yang tertarik untuk beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan berbasis baterai ini. Beberapa tahun yang lalu, pembelian mobil listrik (EV) sering kali dianggap sebagai bagian dari fenomena fear of missing out (FOMO), di mana orang membeli mobil listrik hanya karena mengikuti tren. Namun, tren ini mulai berubah seiring dengan semakin banyaknya konsumen yang memilih EV berdasarkan kebutuhan yang lebih praktis dan rasional. Artikel ini akan membahas mengapa mobil listrik di Indonesia kini tidak lagi hanya soal FOMO, tetapi menjadi pilihan yang didorong oleh berbagai alasan yang lebih mendalam.

1. Pergeseran Preferensi Konsumen: Dari FOMO ke Kebutuhan

Sebelum tahun 2023, sebagian besar pembeli mobil listrik memang didorong oleh keinginan untuk menjadi bagian dari "awal tren", membeli EV lebih dulu sebelum menjadi mainstream. Fenomena ini dikenal dengan istilah FOMO. Banyak dari mereka yang membeli mobil listrik tanpa mempertimbangkan secara matang faktor-faktor seperti biaya operasional jangka panjang, perawatan, atau bahkan ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang masih terbatas.


Namun, kondisi ini mulai berubah pada 2024. Sejumlah survei menunjukkan bahwa pembeli mobil listrik kini didominasi oleh mereka yang bukan hanya sekadar mengikuti tren, tetapi yang benar-benar membutuhkan solusi transportasi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau dalam jangka panjang. Misalnya, data dari Asosiasi Kendaraan Listrik Indonesia (AEKI) menunjukkan bahwa lebih dari 30% pembeli mobil listrik tahun ini adalah pemilik mobil pertama yang beralih dari kendaraan konvensional untuk mengurangi pengeluaran bahan bakar dan biaya perawatan jangka panjang.

2. Kelebihan Mobil Listrik: Efisiensi Biaya dan Ramah Lingkungan

Salah satu alasan utama mengapa mobil listrik semakin diterima luas adalah efisiensinya. Sebuah studi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa biaya operasional mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil. Rata-rata, biaya operasional mobil listrik dapat menghemat hingga 60% dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin atau diesel, terutama dalam penggunaan sehari-hari.

Selain itu, dengan semakin ketatnya regulasi lingkungan di Indonesia, pembeli mobil listrik juga semakin sadar akan pentingnya memilih kendaraan ramah lingkungan. Pemerintah Indonesia juga mendorong penggunaan EV dengan menawarkan berbagai insentif, seperti pengurangan pajak dan pembebasan biaya administrasi, yang semakin mempercepat adopsi kendaraan listrik di kalangan masyarakat.

3. Infrastruktur Pengisian Daya yang Meningkat

Salah satu tantangan terbesar dalam adopsi mobil listrik di Indonesia adalah terbatasnya infrastruktur pengisian daya (SPKLU). Dulu, kekhawatiran tentang sulitnya menemukan tempat pengisian daya menjadi alasan bagi banyak orang untuk menghindari pembelian mobil listrik. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan investasi dalam infrastruktur pengisian daya, kini masalah ini semakin teratasi.


Pemerintah Indonesia, bersama dengan berbagai perusahaan swasta, telah berkomitmen untuk memperluas jaringan SPKLU di seluruh wilayah, termasuk di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Hingga akhir tahun 2024, diperkirakan akan ada lebih dari 1.000 titik pengisian daya yang tersebar di berbagai lokasi strategis di Indonesia. Dengan demikian, mobil listrik semakin praktis digunakan dalam perjalanan jarak jauh, yang sebelumnya menjadi hambatan utama bagi sebagian calon pembeli.

4. Pilihan Kendaraan yang Semakin Beragam

Dulu, pilihan kendaraan listrik di Indonesia terbatas hanya pada beberapa model mobil yang harganya relatif mahal. Namun, seiring berkembangnya industri otomotif, kini konsumen memiliki lebih banyak pilihan mobil listrik yang sesuai dengan berbagai anggaran dan kebutuhan. Mulai dari mobil listrik berukuran kecil seperti Wuling Air EV hingga SUV mewah seperti Hyundai Ioniq 5, konsumen kini dapat memilih kendaraan yang sesuai dengan gaya hidup dan anggaran mereka.

Selain itu, dengan semakin banyaknya produsen mobil yang masuk ke pasar Indonesia, persaingan semakin ketat, yang pada gilirannya menurunkan harga dan meningkatkan kualitas kendaraan listrik. Hal ini membuat mobil listrik semakin terjangkau dan menarik bagi masyarakat Indonesia, yang sebelumnya mungkin hanya melihatnya sebagai barang mewah yang tidak realistis untuk dimiliki.

5. FOMO: Masih Ada, Tapi Bukan Faktor Utama

Meskipun pembelian mobil listrik kini lebih didorong oleh pertimbangan praktis, fenomena FOMO masih ada, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil. Beberapa konsumen memang masih membeli mobil listrik karena ingin menjadi bagian dari tren yang sedang berkembang. Mereka melihat mobil listrik sebagai simbol status atau gaya hidup modern yang ramah lingkungan.

Namun, pergeseran yang lebih besar adalah bahwa pembeli mobil listrik sekarang lebih fokus pada manfaat jangka panjang, seperti penghematan biaya bahan bakar, perawatan yang lebih murah, serta kontribusi terhadap pengurangan polusi udara. Mobil listrik tidak lagi hanya dilihat sebagai barang konsumsi untuk mengikuti tren, tetapi sebagai solusi yang lebih rasional dan berkelanjutan.

6. Pemerintah dan Industri Menyokong Pertumbuhan Mobil Listrik

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah signifikan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan berbagai kebijakan, termasuk pemberian insentif pajak, pembangunan infrastruktur pengisian daya, dan dukungan terhadap industri kendaraan listrik dalam negeri. Program-program ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat industri kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara.

Sebagai contoh, pemerintah Indonesia berencana untuk mengurangi emisi karbon dengan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. Program kendaraan listrik ini juga mencakup pemberian subsidi untuk pembelian kendaraan listrik serta pembebasan pajak impor untuk kendaraan listrik yang diproduksi di dalam negeri. Insentif ini telah menarik perhatian banyak konsumen dan pembuat kebijakan yang melihat potensi positif dari adopsi kendaraan ramah lingkungan ini.

7. Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia

Meskipun baru dalam tahap awal adopsi, mobil listrik di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang. Dengan dukungan pemerintah yang kuat, infrastruktur yang terus berkembang, dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang pentingnya keberlanjutan, mobil listrik akan terus menjadi pilihan yang semakin populer.

Bagi mereka yang tertarik dengan tren mobil listrik tetapi masih merasa ragu, penting untuk memahami bahwa mobil listrik bukan hanya sekadar tren sesaat. Melainkan, itu adalah langkah menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, yang semakin relevan dengan gaya hidup modern.


Sumber: Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana mobil listrik fomo mempengaruhi pasar kendaraan listrik di Indonesia, kunjungi Worix.